BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kromatografi Pertukaran Ion
Kromatografi
Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam
larutan campuran atau proses substitusi satu jenis
senyawa ionik dengan yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase
stasioner tersebut merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya
mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif maupun negatif. Mekanisme pemisahan
berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
Bila matriks padat tersebut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif seperti gugus
sulfonat (-SO3-), maka akan dapat berfungsi sebagai
penukar kation. Sebaliknya, bila bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus
amin kuaterner (-N(CH)3+), maka akan dapat berfungsi
sebagai penukar anion. Kromatografi ini sangat bermanfaat untuk memisahkan
molekul – molekul bermuatan terutama ion – ion baik anion maupun kation. Metode ini
pertama kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun
1850. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
· Kromatografi
pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan
biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3-
dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang
digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
· Kromatografi
pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan
biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3,
-N+(C2H5)2H, dan –N+(CH3)3.
Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil
piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.
Metode ini
banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul
lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran
ion ini antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.
Kromatografi penukar ion
dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus fungsi bermuatan. Kebanyakan
mekanisme penukaran ion sederhana:
(a) X-
+ R+Y-Y- + R+X- (penukar
anion)
Dimana X adalah ion cuplikan
Y adalah ion fasa gerak
R adalah bagian Inc. Pada resina
Pada kromatografi penukar
anion ion cuplikan X- bersaing dengan ion fasa gerak Y- terhadap bagian ionik pada penukar ion R. Pemisahan ion sederhana
berdasarkan pada perbedaan kekuatan interaksi ion terlarut dengan resina. Jika
senyawa terlarut berinteraksi lemah dengan adanya ion fasa gerak, ion terlarut
keluar awal pada kromatogram, sedangkan senyawa terlarut yang berinteraksi kuat
dengan resina, berarti lebih kuat terikat dan keluar belakangan.
Berdasarkan pada keberadaan
gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas diklasifikasikan dalam
empat golongan, yakni :
a.
Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).
b.
Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan –COOH).
c.
Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier
atau kuartener).
d.
Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil).
2.2 Komponen Dasar Kromatografi
Pertukaran Ion
1.
Eluent, yang
berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut masuk ke dalam
kolom pemisah.
2.
Pompa, yang
berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk ke dalam kolom.
Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan bisa mengakibatkan
perbedaan hasil
3.
Injektor,
tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat didistribusikan masuk ke
dalam kolom.
4.
Kolom
pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam sampel.
Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak yang maksimal,
begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka tidak akan memunculkan
puncak.
5.
Detektor,
yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor.
6.
Rekorder
data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk.
Gambar 1. Komponen dasar
kromatografi pertukaran ion
Gambar 2
Gambar 2 menunjukkan dua buah kolom; kolom pemisah
kation dan kolom pemisah anion. Kolom pemisah inilah yang menjadi inti dalam
teknik pemisahan kromatografi ion. Benda inilah yang bisa memisahkan ion-ion
tersebut ketika sampel dilewatkan ke dalamnya, sehingga puncak yang muncul
secara bergantian dan berurutan. Bisa diibaratkan dalam tubuh manusia bahwa
kolom ini adalah sebagai jantung pada manusia, sehingga tanpa jantung, manusia
tidak bisa hidup. Demikian halnya pada teknik ini, tanpa adanya kolom pemisah,
maka tidak akan mungkin terjadi pemisahan ion (Weiss, 1995).
Perhatian dalam preparasi kolom
1.
Pemilihan dan preparasi resin
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan
dalam membeli resin dalam perdagangan ialah ukuran partikel (mesh), tingkat
ikatan silang, dan kualitasnya (analitycal grade; AG).
2.
Pembengkakan (swelling)
Bila penukar ion, misalnya resin
yang tersulfonasi diberi air, gugus SO3- dan H+
seolah-olah terlarut dalam konsentrasi yang tinggi dalam matriks. Karenanya air
bertendensi untuk mendifusi kedalam matriks.
3.
Kapasitas kolom
Kapasitas penukar ion akan
mempengaruhi banyaknya sampel maksimum yang dapat dianalisis dan dipakai untuk
mengetahui stabilitas resin.
4. Cara deteksi
Untuk hal-hal khusus digunakan :
adsorbsi sinar, indeks refraksi, pH, radioaktivitas dan pengukuran
polarografik.
2.3 Kelebihan Kromatografi Pertukaran Ion
Beberapa kelebihan yang dimiliki
kromatografi ion sehingga menjadikan “the best choice” dalam dunia pemisahan
ion-ion di antaranya :
a. Kecepatan (speed)
Kecepatan dalam analisis suatu
sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam hal analisis ion. Salah satu
yang menyebabkannya adalah masalah klasik yaitu untuk mengurangi biaya dan bisa
menghasilkan data-data analisis yang akurat dan cepat. Namun, sebenarnya yang
lebih penting adalah memberikan andil dengan maksimal dalam perhatian kepada
kondisi lingkungan (environmental efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel
yang mau dianalisis (untuk diketahui kandungan apa saja di dalamnya) semakin
bertambah. Itulah sebabnya, teknik ini terus dikembangkan orang untuk
mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian yang lebih praktis dengan biaya yang
relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa limbah (waste) yang dihasilkan dari
penggunaan eluen dapat dikurangi.
b. Sensitivitas (sensitivity)
Dengan berkembangnnya teknologi
mikroprosessor, mulailah orang mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom
pemisah, mulai skala konvensional (ukuran diameter dalam milimeter) sampai
skala mikro yang biasa juga disebut microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan
jumlah sampel yang sangat sedikit, misal 10µl yang diinjetkan ke dalam sistem
kromatografi, ion-ion yang ada dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dengan
baik.
c. Selektivitas (selectivity)
Dengan sistem ini, bisa dilakukan
pemisahan berdasarkan keinginan, misalnya kation/anion organik saja atau
kation/anion anorganik yang ingin dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan
memilih kolom pemisah yang tepat. Ataupun hanya ion tertentu yang ingin diukur
walaupun banyak ion lain yang ada dalam sampel.
d. Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection)
Secara umum, anion dan kation
dipisahkan/dideteksi terpisah dengan menggunakan sistem analisis yang terpisah
(different systems). Padahal sangat penting dilakukan pendeteksian secara
serempak (simultaneous) antara anion dan kation dalam dalam sekali injek untuk
sebuah sampel. Tentunya, pendekatan yang terakhir ini punya sejumlah kelebihan
dibanding pemisahan terpisah. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, beberapa
kelebihan di antaranya dapat menekan biaya operasional, memperkecil jumlah
limbah saat analisis berlangsung, memperpendek waktu analisis (short time
analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
e. Kestabilan pada kolom pemisah (stability of the
separator column)
Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom
ini berdasarkan pada paking (packing) material yang diisikan ke dalam kolom
pemisah. Namun, kebanyakan kolom pemisah bisa bertahan pada perubahan yang
terjadi pada sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan
mempengaruhi kestabilan material penyusun kolom. Walapun diakui bahwa ada juga
kolom pemisah yang mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama,
dikarenakan paking kolom yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya
(Amin, 2009).
2.4 Penggunaan
kromatografi Pertukaran ion
Sampel cair yang mengandung ion atau
logam ini bisa diketahui atau dianalisis dengan menggunakan teknik kromatografi
ion (ion chromatography). Dengan menggunakan teknik kromatografi ion, anda bisa
memastikan ion-ion atau logam secara kualitatif ataupun kuantitatif dari
sampel. Dalam waktu yang singkat, ion-ion positif (kation) seperti : Na+,
NH4+, K+, Mg2+, Ca2+, Ag+,
Cu2+, Fe2+ dan sejumlah kation lainnya atau ion-ion
negatif (anion) seperti : F-, PO43-, Cl-,
NO2-, Br-, SO42-, CN-,
I-, IO3-, dan sejumlah jenis anion lainnya
dapat diketahui secara pasti kepekatan perjumlahnya. Bahkan lebih dari itu,
berbagai jenis ion (anion atau kation) dalam sampel, dapat ditentukan secara
serentak (simultaneous) dalam satu kromatogram (one chromatogram run).
Pada umumnya, anion dan kation dapat
diketahui dan dipisahkan dengan menggunakan teknik pemisahan. Atau dengan kata
lain, untuk sekali injek sampel saja ke dalam sistem kromatografi ion,
berbagai-bagai puncak kromatogram (chromatogram peaks) dari anion atau kation
akan muncul. Inilah salah satu yang menjadikan teknik ini lebih populer, bukan
saja sensitivitas dan selektivitasnya, tetapi juga waktu analisisnya yang
relatif singkat dan juga hasilnya yang maksimal.
Teknik kromatografi ion merupakan
salah satu subset dari kromatografi, khususnya kromatografi cair (LC=liquid
chromatography). Teknik ini dapat menentukan kepekatan spesies ion-ion (anion
atau kation) dengan memisahkannya berdasarkan pada interaksinya dengan Resin
yang ada dalam kolom pemisah dan mobile phase yang digunakan. Spesies ion-ion
ini kemudian dapat dipisahkan (separated) dalam kolom tersebut berdasarkan pada
jenis, ukuran dan afiniti elektronnya.
Campuran anion dan kation dalam
suatu sampel dapat diketahui dan jumlah ion-ion tersebut dapat ditentukan dalam
waktu yang relatif singkat (relatively short time). Suatu ion dalam sampel
dengan kepekatan yang sangat rendah, masih bisa diukur dengan teknik ini.
Disebabkan itulah, teknik kromatografi ion menjadi pilihan bagi peneliti dalam
mengetahui ion yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini mempunyai
kemampuan menentukan kepekatan ion atau logam pada level ppt (parts per
trillion). Ia juga mudah digunakan serta tidak rumit dalam pengendalian
peralatan ini.
Pada umumnya, aplikasi teknik ini
lebih menjurus kepada teknik mengetahui ion-ion non organik serta ion-ion
organik di mana berat molekul relatif kecil, dan/atau ion-ion organik dengan
berat molekul yang besar dapat diketahui dengan baik dengan didahului persiapan
sampel yang baik.
Beberapa kegunaan Kromatografi Pertukaran Ion lainnya
:
1.
Untuk menghilangkan ion
Untuk
menghilangkan ion-ion keseluruhannya, air tersebut dapat dialirkan melalui
penukar kation, kemudian dialirkan melalui penukar anion, yang akan
menghilangkan semua anion dan diganti dengan ion hidroksida. Bila kedua resin
tersebut (kation dan anion) dijadikan satu, penghilangan kedua jenis ion
tersebut sekaligus dapat dikerjakan.
2.
Mengkonsentrasikan komponen berkadar kecil
Ion-ion yang
jumlahnya kecil (trace element) dapat dikonsentrasikan dengan penukar ion.
Setelah ion solut terikat dalam kolom, kemudian dielusi dengan jumlah eluen
yang kecil.
3.
Pemisahan asam-asam amino
Pada suatu pH, Asam-asam amino
dapat dipisahkan menjadi tiga golongan berdasarkan titik isoelektrisnya. Dengan
demikian campuran asam-asam amino dapat dipisahkan dalam suatu aliran fase
mobil dengan secara gradual dengan merubah pH untuk elusi (gradient elution).
Perubahan pH sering dikombinasikan dengan perubahan suhu.